Pertanyaan pertama yang muncul saat menurunkan kakiku dari bus, dengan meliat suasana lokasi yang tidak begitu “menarik” dan “nyaman” disini hanya ada makam, mesjid, menara, museum, benteng dan hal lainnya yang mungkin tak kuketahui. Kenapa kita harus ke Banten lama?
Pemandangan pertama yang kulihat selama masih dalam bus ada papan yang tertuliskan di sana “banten lama” dengan dilanjutkan dengan pemandangan batu bata yang tertutupi rumput lebat dilahan tanah yang luas. Mungkin itu yang disebut bentengnya banten lama. Setelah benteng yang kulihat, kulmpulan pedagang hampir menyerupai pasar, yang sangat ramai sekali, entah keramaian itu itu terjadi transaksi atau tidak.
Turun dari bus aku bingung apa yang harus aku lihat, banyak sekali orang berdesakan disini, bangunan yang seperinya tak terawat. Sampah yang berserakan, pengunjung yang tak terkendali arus bolak-baliknya. Pedagang yang sangat sibuk menawarkan barabgnya masing-masing. Ibu-ibu yang sangat ramai menawarkan jasa penukaran uang logamnya “persiapan mba buat didalam, banyak yang minta-minta.” Sampai akhirnya kusamapi menginjakan kakiku di menara berdekatan dengan mesjid dan makam, sepertinya ini pusat kedatangan para pengunjung, terlihat para pengunjung yang sangat ramai tak terkendali.
Dimenarapun aku belum menemukan jawaban pertanyaan ku tadi, tentang mengapa harus ke Banten lama?? Tak terjawab, kondisi yang sangat tidak nyaman untuk tempat berkumpul dengan keluarga, atau dikatakan lokasi yang tepat untuk mengenalkan sejarah pada anak-anak untuk mengisi liburan mereka.
Kucoba mencari jawabanku, dengan menanyakan pertanyaan yang sama terhadap pengunjung lain. Kutemui ibu Nesa yang sedang diam dihalaman mesjid, sambil memegangi anaknya.
“permisi ibu, saya mega lagi study tour, saya dapet tugas buat nulis laporan tentang banten lama, boleh ganggu sebentar waktunya ibu??”
Dengan wajah kebingungan ibu nesa mengangguk.
Kucoba mencari kata-kata yang senyaman mungkin untuk mewawancarai ibu Nesa, agar tidak membuatnya bingung. Kumulai dengan basa-basi “ibu lagi apa diam disisni? Nunggu yang lainnya ya??” ibu Nesa hanya menjawab “ia,,, ibu lagi nunggu yang lainnya”(dengan wajah masih kebingungan) kulanjutkan dengan basa-basi selanjutnya. Mulai dari, sama siapa aja kesini? Asalnya darimana? Sampai untuk apa ke Banten lama? Dan ngapain aja di Banten lama??. Dan aku hanya mendapatkan jawaban, “ibu kesini sama keluarga satu mobil, ibu dari Rawa Bokor, cengkareng. Kesini ya... pengen silaturahmi aja, disini do’a dimakam.” Aku tercengang dengan jawaban bu Nesa, dateng ke Banten lama hanya untuk do’a di makam aja??!!! Apa bedanya sama kita berdo’a dimusholla sebelah rumah???!! dengan memasang muka sepolos-polosnya aku lanjutkan pertanyaan demi mendapatkan jawabanku, emang ibu kesini mau silaturahmi sama siapa?? “ga tau neng ibu dah dateng ke sini 4 kali, ga merhatiin namanya, yang penting ibu ikut ma yang lain aja, kata yang lain bagus ya ibu ikut.” Jawaban yang lebih mengkagetkan lagi yang ku dapati. Ibu Nesa pun yang sudah empat kali mengijakan kakinya di Banten lama tak atu kenapa dia harus ke Banten lama, apa lagi aku yang baru sekali dan tak tau harus berbuat apa disini??!! Masa harus berdo’a depan makam juga yang aku pun tak mengenali siapa sosok di dalam makam yang ditemboki ini???!!!.
Ku coba menemukan lagi jawaban pertanyaanku terhadap pengunjung lainnya. Ada bapa Asep dari cerenang dan kembali lagi bapa Aseppun sangat kebingungan untuk apa ia ke Banten lama??!!.ku pikir,,,, apa semua pengnjung disini tak tau apa yang mereka lakukan disini?? Yang mereka tau hanya datang dan berdo’a di deket makam, dan mungkin sisa waktunya berfoto-foto dekat menara??!! Sesederhana itu kah perjalanan di Banten lama?? Kalau memang sesederhana itu kenapa tempat ini sangat ramai pengunjung, dan mereka rela menempuh perjalanan yang jauh hanya untuk berdo’a dekat makam???!!!.
Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, ku coba bertanya pada pihak lain. Jika memang pengunjung tak memuaskan, maka aku coba bertanya pada anak-anak yang dari awal aku memasuki gerbang sudah sangat ramai sekali memenuhi kerumunan pengunjung sambil menengadahkan tangannya terhadap pengunjung. Ada faisal (kelas 3 SD) dan luthfi (kelas 2 smp). Dengan kekakuan bahasa mereka (seperti ada yang ditutupi, jauh dari kesan anak kecil yang polos), yang pertama ku tanyakan, “ade ngapain minta uang?? Emang ga da kerjaan lain?” “kita minta-minta kalau jualan kereseknya abis ka,,, baru kita minta-minta”. Dengan mendapatkan 20 ribu sehari, anak-anak ini rela meninggalkan masa kanak-kanaknya dan membiarkannya hilang di Banten lama mengerjakan hal yang sama setiap harinya. Pulang sekolah, berjualan keresek, dan sisa waktunya minta-minta uang pada pengunjung. Dan saat ku ajukan pertanyaan lain “ade tau ga?? Kebanyakan pengunjung ngapain aja disini??!!” dan jawabannya” ya.... langsung pada kemakam dan do’a disana,,,” jawaban yang sama ku temui lagi. Masih sangat sederhanakah alasan kenapa kita harus ke Banten lama???!!.
Masih penasaran dengan alasan mengapa banyak sekali manusia di lokasai yang ku sebut “tak menarik” ini??!!. Ku coba mendekati makam yang sangat banyak sekali orang-orang disini, semuanya melakukan hal yang sama seperti sedang berkomat-kamit menyebutkan mantranya. Di gerbang mesjid sangat terlihat jelas beberapa pemandangan yang mencolok. Diantaranya banyak kotak amal yang besar yang dijaga satu sampai tiga orang laki-laki berbaju koko dan kopiahnya atau bahkan dengan sarungnya sambil mengetuk-mengetuk kotak amal seakan menyadarkan para pengunjung yang berlewatan bahwa disini ada kotak amal. pemandangan lainnya anak-anak kecil seperti faisal dan luthfi, yang memegang beberapa kantong keresek hitam baru, sambil menawarkan pada pengunjung yang baru melepaskan alas kakinya. Ku lihat dijajaran tiang ada dua pemuda berpakaian seperti pemuda yang sama persis dengan laki-laki penjaga kotak amal. namanya rohman dan ade (keduanya lahiran tahun 1990 tak jauh beda dengan ku).
Setelah berbasa-basi yang benar-benar basi menurutku??!!=) ku lanjutkan dengan misi awalku. Tentang untuk apa kita kesini??!! Dan tak banyak jawaban yang memuaskan dari wawancara ini. Masih sama dengan yang lainnya mereka memberi alasan untuk berdo’a di makam yang katanya orang-orang hebat disini. Yang jelas rohman dan ade mempunyai alasan sendiri mengapa mereka disini, karena mereka bekerja menjaga kotak amal dengan hasil 2 juta setahun dan 25% nya bersih untuk pegawai disana. Hanya sebatas itu!!! Hingga akhirnya sampai ku pulang dengan bus ku perlahan meninggalkan Banten lama aku tak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan mengapa aku, kamu, dan mereka harus ke Banten lama???.
Oleh : mega ozora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar